Surabaya - Aksi mahasiswa yang berujung anarkis pada tanggal 29-30 Agustus lalu, dengan viralnya video TikTok terkait pembakaran Gedung Grahadi dan kantor Polsek Tegalsari, membuat pihak kepolisian daerah Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya, tak berkutik. Aksi tersebut telah mencoreng citra Kota Surabaya dan merugikan banyak pihak.
Aksi yang berlangsung dari Jumat hingga Kamis tersebut diwarnai dengan tindakan anarkis, di mana sejumlah fasilitas pemerintah provinsi menjadi sasaran pembakaran, termasuk Gedung Grahadi dan Polsek Tegalsari Polrestabes Surabaya. Tindakan ini dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dalam aksi tersebut.
Menanggapi kejadian ini, seorang pengamat muda dari Surabaya, Abd. Halim, mengecam keras tindakan para mahasiswa yang melakukan aksi anarkis tersebut. Ia berharap kejadian serupa tidak terulang kembali dan meminta agar para mahasiswa lebih bijak dalam menyampaikan aspirasi.
"Sangat miris sekali ketika melihat adik-adik kami mahasiswa yang ditunggangi oleh orang yang menjadi provokator, baik dari STM, adik-adik SMA, maupun dari pemuda pemudi Kota Surabaya sendiri," ujar Halim. Ia menyayangkan adanya pihak-pihak yang memanfaatkan aksi mahasiswa untuk kepentingan pribadi atau kelompok.
Halim juga meminta kepada pihak kepolisian untuk segera menangkap para pelaku pembakaran gedung institusi dan kantor pelayanan masyarakat Polsek Tegalsari, serta para provokator yang terlibat dalam aksi anarkis tersebut. Ia berharap agar para pelaku dapat diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.
"Dalam hal ini, pelaku pembakaran gedung institusi dan kantor pelayanan masyarakat Polsek Tegalsari, semuanya yang menjadi provokator bisa ditangkap sesuai proses hukum yang berlaku," tegas Halim. Ia berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama bagi para mahasiswa dan generasi muda, agar tidak mudah terprovokasi dan melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
( 54M )
dibaca
